Majalah
Islam Tengah Panji Masyarakat 1 Maret 1979 dalam ruangan “Dari Hati ke
Hati” Pemimpin Umum Buya Hamka menulis antara lain:
“Bagaimana pun
jua di dalam hati sanubari kita terasa hormat yang sebesar-besarnya
kepada orang tua usia 78 tahun itu, Ayatullah Khomeini yang sejak dari
masa kecilnya telah dididik, diasuh dan ditempa jiwanya dalam
penderitaan. Sebagai seorang anak desa, dilahirkan dalam satu pecan
kecil Khomein yang berpenduduk 16,000 orang, yang sejak semula Dua Raja
Pahlavi naik singahsana, belum pernah kampung itu merasa hidup yang agak
senang. Bahkan melarat selalu, meskipun orang yang hidup do kota dan
terbatas sekali, iaitu yang berpangkat-pangkat tinggi saja yang hidup
mewah.
Shah Reza Pahlavi seorang raja di sebuah negeri Islam, tetapi
tidak ada perhatiannya tentang Islam sama sekali. Bahkan sangat berbeda
dengan orang Islam di negeri lain, dia lebih menghargai raja Cyrus yang
mendirikan kerajaan Iran 2,500 tahun yang telah lalu, lebih diingatinya
daripada Hijrah Nabi Muhammad s.a.w. dari Mekah ke Madinah. Tidak ada
tanda-tanda pengaruh Islam dalam jiwanya, seakan-akan beliau datang dari
masyarakat “orang Parsi” ke dalam masyarakat Islam, Shah itu jauh
terpencil dari rakyatnya. Itulah yang dilawan oleh Ayatullah Khomeini,
seorang yang seluruh hidupnya telah dilatih oleh ketekunan ibadatnya
kepada Tuhan dalam hidupnya yang sederhana.
Kita masih dapat melihat
di bulan-bulan yang lalu bagaimana hidupnya yang sederhana dan tidak
menunjukkan kemegahan duniawi dalam pondok pembuangannya di pinggir Kota
Paris, meski pun demikian cassette dari pidato2nya telah menggema dari
pondok itu menyebar ke seluruh Iran dan menanamkan suatu revolusi yang
kemudian meletus dengan hebatnya.
.....kita melihat dalam revolusi
di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini yang pertahanannya ialah iman yang
teguh kepada Allah menyebabkan senjata serba lengkap dan tentera serba
modern itu kehilangan kekuatannya....... Bagaimana jua, setuju atau
tidak setuju, kita mengerutkan kening memikirkan apakah akan berhasil
revolusi Islam itu. Atau akan sangat panjang jalan yang akan
ditempuhnya, sebagai manusia yang menghargai kepahlawanan, mau tidak
mau, pro maupun kontra dengan gerakan Khomeini, namun kita mesti hormat
dan kagum kepada orang tua yang berusia 78 tahun itu.
Bagaimanapun
jua rasa hormat dalam hati kita sebagai Muslim amat besar kepada
Ayatullah Khomeini dalam usia setua itu, dengan dibantu oleh Perdana
Menteri Mehdi Bazargan yang usianya 72 tahun, mereka masih dapat
melaksanakan suatu revolusi .....”
Ayatullah Khomeini sekarang
telah membuat timbalan dari itu, Kaum agama sekarang yang kembali
merebut negara dari kaum sekuler........
Kita kagum kepada
Khomeini......... bagaimana kita tidak kagum kalau yang datang sekarang
itu ialah Ayatullah Khomeini?. (demikian catatan Buya Dr Hamka).
(ulasan teman: adakah Buya Dr Hamka dah jadi syiah hanya kerana dia
memuji, kagum dan sanjung Imam Khomeini?....kepada Zahid Hamidi dan yang
sewaktu dengan Zahid Hamidi Laknatullah tolong buka minda anda, jangan
duduk bawah tempurung lagi, keluarlah ke dunia yang maha luas ini)
“Bagaimana pun jua di dalam hati sanubari kita terasa hormat yang sebesar-besarnya kepada orang tua usia 78 tahun itu, Ayatullah Khomeini yang sejak dari masa kecilnya telah dididik, diasuh dan ditempa jiwanya dalam penderitaan. Sebagai seorang anak desa, dilahirkan dalam satu pecan kecil Khomein yang berpenduduk 16,000 orang, yang sejak semula Dua Raja Pahlavi naik singahsana, belum pernah kampung itu merasa hidup yang agak senang. Bahkan melarat selalu, meskipun orang yang hidup do kota dan terbatas sekali, iaitu yang berpangkat-pangkat tinggi saja yang hidup mewah.
Shah Reza Pahlavi seorang raja di sebuah negeri Islam, tetapi tidak ada perhatiannya tentang Islam sama sekali. Bahkan sangat berbeda dengan orang Islam di negeri lain, dia lebih menghargai raja Cyrus yang mendirikan kerajaan Iran 2,500 tahun yang telah lalu, lebih diingatinya daripada Hijrah Nabi Muhammad s.a.w. dari Mekah ke Madinah. Tidak ada tanda-tanda pengaruh Islam dalam jiwanya, seakan-akan beliau datang dari masyarakat “orang Parsi” ke dalam masyarakat Islam, Shah itu jauh terpencil dari rakyatnya. Itulah yang dilawan oleh Ayatullah Khomeini, seorang yang seluruh hidupnya telah dilatih oleh ketekunan ibadatnya kepada Tuhan dalam hidupnya yang sederhana.
Kita masih dapat melihat di bulan-bulan yang lalu bagaimana hidupnya yang sederhana dan tidak menunjukkan kemegahan duniawi dalam pondok pembuangannya di pinggir Kota Paris, meski pun demikian cassette dari pidato2nya telah menggema dari pondok itu menyebar ke seluruh Iran dan menanamkan suatu revolusi yang kemudian meletus dengan hebatnya.
.....kita melihat dalam revolusi di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini yang pertahanannya ialah iman yang teguh kepada Allah menyebabkan senjata serba lengkap dan tentera serba modern itu kehilangan kekuatannya....... Bagaimana jua, setuju atau tidak setuju, kita mengerutkan kening memikirkan apakah akan berhasil revolusi Islam itu. Atau akan sangat panjang jalan yang akan ditempuhnya, sebagai manusia yang menghargai kepahlawanan, mau tidak mau, pro maupun kontra dengan gerakan Khomeini, namun kita mesti hormat dan kagum kepada orang tua yang berusia 78 tahun itu.
Bagaimanapun jua rasa hormat dalam hati kita sebagai Muslim amat besar kepada Ayatullah Khomeini dalam usia setua itu, dengan dibantu oleh Perdana Menteri Mehdi Bazargan yang usianya 72 tahun, mereka masih dapat melaksanakan suatu revolusi .....”
Ayatullah Khomeini sekarang telah membuat timbalan dari itu, Kaum agama sekarang yang kembali merebut negara dari kaum sekuler........
Kita kagum kepada Khomeini......... bagaimana kita tidak kagum kalau yang datang sekarang itu ialah Ayatullah Khomeini?. (demikian catatan Buya Dr Hamka).
(ulasan teman: adakah Buya Dr Hamka dah jadi syiah hanya kerana dia memuji, kagum dan sanjung Imam Khomeini?....kepada Zahid Hamidi dan yang sewaktu dengan Zahid Hamidi Laknatullah tolong buka minda anda, jangan duduk bawah tempurung lagi, keluarlah ke dunia yang maha luas ini)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan